Direktur Strategi TIK Huawei Indonesia Mohamad Rosidi mengatakan pengembangan informasi dan teknologi informasi (TIK) sebagai Infrastruktur TIK sangat penting untuk menerapkan konektivitas 5G di ibukota baru. Infrastruktur berbasis TIK adalah persyaratan utama yang harus dipenuhi.
“Biasanya, menjadikan Infrastruktur TIK [infrastruktur berbasis infrastruktur] persyaratan utama agar konektivitas 5G dapat diimplementasikan di ibukota baru,” katanya kepada awak media di Hermitage Hotel, Jakarta.
Menurut Rosidi, pelaksanaan jaringan 5G juga harus memiliki rencana bersama untuk mendefinisikan serat yang akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur di ibu kota baru, kemudian, Kabupaten Penajam Paser Utara dan bagian dari Kabupaten Kutai Kartanegara.
Peran pemangku kepentingan juga merupakan salah satu faktor untuk menerapkan koneksi 5G.
“Pada saat implementasi, selain pengembangan Infrastruktur TIK, harus ada rencana terpadu seperti mendefinisikan serat yang kuat dan peran pemangku kepentingan juga penting,” kata Rosidi.
Untuk menerapkan 5G di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi (Kemenkominfo) mengatakan bahwa penggunaan frekuensi mengacu pada ekosistem 5G di dunia.
Dengan begitu diharapkan operator di Indonesia dapat berinvestasi lebih murah untuk membangun jaringan 5G.
Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Ismail menjelaskan bahwa investasi murah ini disebabkan oleh ketersediaan peralatan yang mendukung frekuensi 5G yang distandarisasi oleh ekosistem.
“Kami biasanya akan menjadi yang terbaik dari ekosistem. Dengan itu, biaya investasi operator untuk mengembangkan layanan 5G di Indonesia lebih baik dan ekonomis,” kata Ismail setelah panggilan konferensi pada tanggal 25. Diskusi Asia-Pacific Wireless Group di Tangerang pada bulan Juli.
Ismail mengatakan bahwa penyedia atau vendor perangkat 5G di masa depan pasti akan mengikuti frekuensi yang ditentukan oleh ekosistem. Dia mengatakan jumlah vendor yang mendukung frekuensi ini akan membuat biaya investasi lebih murah.
Menjelang acara WRC, Kominfo mengatakan pihaknya menyiapkan berbagai frekuensi dari band rendah, menengah, hingga tinggi untuk 5G.
Teknologi Komunikasi dan Informasi menyiapkan frekuensi dari 600 MHz hingga 6 GHz, terutama di kisaran 3,5 GHz hingga 4,2 GHz untuk keperluan 5G. Frekuensi 3,5 GHz dianggap cocok untuk penanganan 5G.
Hanya saja, saat ini frekuensi 3,5 GHz digunakan untuk keperluan satelit. Untuk alasan ini, Kementerian Komunikasi dan Informasi telah melakukan penelitian sehingga 5G dan satelit dapat bekerja bersama menggunakan frekuensi 3,5 GHz.
https://ift.tt/2VCaiZG
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.