28 Oktober 2019

Ilmuwan Uji ‘Neuroplasticity’, Untuk Cari Cara Kurangi Stres

Para ilmuwan sedang meneliti bagaimana rangsangan yang berbeda pada tikus percobaan dapat mengurangi stres. Mereka melakukan percobaan pada tikus yang ditempatkan di dua lingkungan.

Pertama adalah memberi tikus tikus dengan memberikan game balap mobil dan pada akhir permainan tikus akan diberikan hadiah makan sereal. Sedangkan tikus lainnya hanya ditempatkan dalam kondisi laboratorium biasa.

Hasilnya, tikus yang diberi stimulasi balap mobil berada dalam kondisi yang lebih santai daripada tikus di laboratorium. Temuan ini tidak hanya menunjukkan betapa rumitnya otak tikus. Tetapi juga diharapkan dapat digunakan untuk menghasilkan obat tanpa rasa sakit untuk pasien dengan penyakit mental. Itu diumumkan oleh penulis senior Kelly Lambert dari University of Richmond yang ditulis oleh AFP.

Menurut Lambert, ia telah lama tertarik pada neuroplastisitas. Ini adalah istilah yang menggambarkan bagaimana kemampuan otak untuk mengubah koneksi dan kemampuan mereka dalam pengalaman dan tantangan tertentu. Sebelumnya, diyakini bahwa otak itu statis dan tidak relevan, tetapi penelitian ini telah menunjukkan bahwa otak dapat menjadi otaknya sendiri, mengutip Neuroscience of Nature Review.

Mengutip Britannica, beberapa penelitian telah menunjukkan bagaimana pasien stroke dapat mengembalikan fungsi yang hilang melalui latihan mental dan mental. Terapi ini menggunakan kemampuan neuroplastisitas untuk mengembalikan bagian otak yang rusak.

Semoga penelitian ini dapat digunakan untuk menghasilkan terapi terapi bagi mereka yang menderita depresi dan skizofrenia.

“Tidak ada obat untuk skizofrenia dan depresi,” ia menjelaskan. “Dan kita harus segera menyingkirkannya dan berpikir tentang mencoba spesies lain dan tabung yang berbeda. Saya percaya bahwa (mengubah) perilaku dapat mengubah kimia otak,” Lambert.

Sebanyak 17 tikus kecil dilatih selama beberapa bulan untuk mengelilingi sirkuit 150×60-sentimeter yang terbuat dari kaca plexiglass.

Kendaraan itu dimodifikasi agar sesuai dengan arah tikus. Mouse dapat mengendalikan mobil untuk bergerak maju, belok kiri atau kanan. Mereka menyediakan berbagai model pacuan kuda untuk menguji keterampilan navigasi yang lebih sulit.

Temuan mereka menunjukkan bahwa tikus yang ditempatkan di lingkungan yang mengandung lebih banyak rangsangan memiliki kinerja yang lebih baik daripada tikus lab.

Mereka juga memeriksa kotoran tikus untuk memeriksa keberadaan hormon stres corticosterone dan dehydroepieandrosterone yang bekerja untuk mengatasi stres. Telah menjadi jelas bahwa tikus yang telah menerima terapi memiliki kadar dehydroepieandrosterone yang lebih tinggi. Artinya, tingkat stres mereka lebih rendah.

Tikus yang mengendarai mobil eksperimental mereka lebih santai daripada tikus yang mengendarai mobil eksperimental hanya sebagai penumpang. Padahal, para peneliti juga melakukan percobaan pada tikus yang menaiki mobil eksperimental, tetapi pergerakan mobil dikendalikan oleh manusia. Ini menunjukkan mengapa penumpang mobil mungkin lebih stres daripada pengemudi mobil itu sendiri.

https://ift.tt/2BOZj62
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Facebook Page

TRANSLATE

Translate This Page
English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Entri yang Diunggulkan

Keunikan Pulau Kumala, Destinasi Wisata Dekat Ibu Kota Baru

SuaraKaltim.id – Pulau Kumala merupakan salah satu destinasi wisata menarik yang dekat dengan ibu kota baru Nusantara. Pulau Kumala terletak...

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog