08 Januari 2020

Alasan Jakarta Sering Terkena Banjir Menurut LIPI

Seolah-olah air banjir tidak akan dilepaskan dari ibu kota Jakarta. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mengungkapkan faktor utama yang membuat Jakarta terkena dampak banjir.

LIPI Limnology Research Center for Hydrology Research, M. Fakhruddin menjelaskan alasan pertama adalah Jakarta berada di dataran rendah. Tidak hanya itu, perubahan iklim global juga mengarah pada curah hujan yang tinggi.

Jakarta saat ini mencatat angka curah hujan 377 mm per hari, meningkat dari angka terbesar 340 mm pada 2007. Tidak hanya itu, Jakarta terus mengalami tanah longsor akibat pembangunan yang besar. bangunan dikombinasikan dengan ekstraksi air berlebih.

“Hal pertama tentang Jakarta adalah dataran rendah. Kedua, Jakarta memiliki amblesan di tanah, karena tanah tertarik pada tekanan dari atas,” kata Fakhrudin pada pertemuan di Gedung LIPI, Jakarta, Selasa (7/7) 1).

Pada saat yang sama, Peneliti di Pusat Penelitian dan Manajemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi LIPI, Galuh Syahbana setuju dengan Fakhrudin tentang lokasi geografis Jakarta yang mendukung bencana banjir.

Galuh juga mencatat bahwa Jakarta telah mengalami tanah longsor sekitar 7,5 cm per tahun sejak 1975.

“Tanah di bawah permukaan laut, sekitar 30 persen hingga 50 persen berarti ada banjir dari pinggir laut,” kata Galuh.

Galuh juga mengatakan Jakarta sebagai kota pelabuhan berpotensi tenggelam karena perubahan iklim.

Perubahan iklim menyebabkan pencairan es kutub naik ke permukaan laut. Ini berarti bahwa permukaan tanah Jakarta turun, ketika permukaan laut naik.

“Dari tepi kota-kota pesisir dunia, ketika kita berbicara tentang perubahan iklim, ada banyak es kutub yang mencair,” kata Galuh.

Lebih lanjut, Galuh menjelaskan bahwa Jakarta sebagai kota metropolitan memiliki masalah klasik terkait urbanisasi. Pembangunan yang tidak terkendali tanpa memperhatikan aspek lingkungan juga telah membantu menjadikan Jakarta sebagai dataran banjir utama.

“Semakin urbanisasi, semakin dia lupa untuk memperhatikan aspek lingkungan. Ini berarti bahwa beton sebelumnya, aspal, membuat air permukaan lebih licin dan rentan terhadap banjir,” kata Galuh.

https://ift.tt/35zyYp5
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Facebook Page

TRANSLATE

Translate This Page
English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Entri yang Diunggulkan

Keunikan Pulau Kumala, Destinasi Wisata Dekat Ibu Kota Baru

SuaraKaltim.id – Pulau Kumala merupakan salah satu destinasi wisata menarik yang dekat dengan ibu kota baru Nusantara. Pulau Kumala terletak...

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog