29 November 2019

Ovo Yakin Fintech Indonesia Bisa Sukses Seperti Cina

Presiden Ovo Karaniya Dharmasaputra percaya bahwa masalah integrasi keuangan di Indonesia dapat diatasi dengan menumbuhkan industri fintech (teknologi keuangan / keuangan). Menurutnya ini telah berhasil dilakukan di China.

Inklusi keuangan adalah kondisi di mana setiap anggota masyarakat memiliki akses ke layanan keuangan formal. Layanan keuangan formal juga harus berkualitas. Fitur ini berarti waktu, pesanan, dan keamanan dengan biaya terjangkau.

“Kami sepakat bahwa kami dapat meniru kisah sukses di China. Bagaimana masalah integrasi keuangan dapat diatasi oleh fintech,” kata Karaniya kepada Indonesia Digital Conference 2019 di Jakarta, Kamis (28/11).

Selain itu, menurut Presiden Direktur Ovo Karaniya Dharmasaputra, pasar untuk layanan teknologi keuangan (fintech) di Indonesia masih luas. Dia mengungkapkan hal ini setelah ditanya tentang merger antara perusahaan fintech.

Dengan demikian, saat ini penetrasi pembayaran digital di Indonesia masih berada di kisaran empat hingga lima persen. Jadi, bahkan perusahaan fintech masih perlu membakar banyak modal untuk mengembangkan potensi pasar ini.

“Pasar kami sangat luas. Kami masih membutuhkan banyak usaha, banyak modal. Karena kami hanya memiliki tiga persen pembayaran digital,” katanya.

Untuk alasan ini, menurut Karaniya, wajar jika perusahaan jasa keuangan (fintech) sering membakar uang untuk meraup pasar. Pencucian uang adalah istilah untuk pemula yang belum mendapatkan manfaat, tetapi tertarik untuk memberikan promo dalam bentuk diskon uang kembali untuk menambah pengguna.

“Dibutuhkan sejumlah besar upaya kampanye untuk mendidik masyarakat agar dapat mulai memasuki dunia layanan teknologi. Baik wahana dan e-commerce, bukan hanya Ovo,” katanya.

Sebelumnya, pendiri Grup Lippo Mochtar Riady mengakui bahwa kepemilikannya di Ovo saat ini hanya 30 persen.

Penurunan persentase saham terjadi karena semakin banyak investor menyetor modal Ovo mereka.

Dengan demikian, persentase kepemilikan saham telah memudar. Alasannya adalah bahwa Ovo membutuhkan pasokan dana yang stabil untuk mendukung diskon dan promosi cadangan.

Karanya juga mengungkapkan fakta menarik lainnya. Menurut dia, menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), saat ini tingkat inklusi keuangan Indonesia berada pada 78 persen. Bahkan OJK telah lama menargetkan 70 persen inklusi keuangan.

Angka ini dicapai karena kehadiran fintech. Bahkan tingkat integrasi keuangan di Indonesia lebih tinggi daripada literasi keuangan. Pembacaan keuangan adalah kecerdasan pengguna tentang konsep dan risiko berbagai layanan keuangan.

Sebelum adanya fintech, layanan perbankan hanya mengandalkan distribusi konvensional. Distribusi ini hanya melayani orang kaya.

Karaniya melaporkan bahwa 27 persen pengguna Ovo adalah orang-orang yang belum pernah tersentuh oleh layanan perbankan sebelumnya.

https://ift.tt/2R0M0by
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Facebook Page

TRANSLATE

Translate This Page
English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Entri yang Diunggulkan

Keunikan Pulau Kumala, Destinasi Wisata Dekat Ibu Kota Baru

SuaraKaltim.id – Pulau Kumala merupakan salah satu destinasi wisata menarik yang dekat dengan ibu kota baru Nusantara. Pulau Kumala terletak...

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog