08 November 2019

Kominfo Yakin Spyware Pegasus Tak Infeksi Indonesia

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yakin (yakin) bahwa hingga hari ini spyware Pegasus tidak memengaruhi pengguna ponsel di Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Johnny G. Plate pada konferensi pers menyusul pertemuan dengan perwakilan WhatsApp Asia Pasifik Clair Deevy di Kementerian Komunikasi dan Informasi, Jakarta, Kamis (7/11).

“Sejauh ini hasil pemantauan kami belum melihat dampak spyware Pegasus. Sekarang saya juga mengadakan pertemuan dengan BSSN untuk membahasnya bersama,” kata Johnny kepada kru media setelah pertemuan.

Namun, perwakilan WhatsApp Asia-Pasifik Clair Deevy tidak mau mengomentari masalah ini terkait infeksi spyware Pegasus di Indonesia. Deevy tidak menanggapi ketika ditanya berapa banyak pengguna WhatsApp di Indonesia yang terpengaruh oleh spyware.

“Apa yang dapat kami sampaikan hari ini adalah bahwa kami telah mengajukan gugatan terhadap spyware Pegasus di pengadilan dan bahwa spyware ini pertama kali ditemukan pada awal tahun 2019,” kata Deevy kepada anggota media pada sebuah pertemuan di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informasi, Jakarta, Kamis (7/11).

Namun, Kementerian Komunikasi dan Informasi akan terus menghubungi Badan Siber dan Kata Sandi Nasional (BSSN) mengenai produk spyware yang dibuat oleh NSO Group dari Israel.

Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informasi menyerukan kepada pengguna WhatsApp di Indonesia untuk memperbarui aplikasi mereka untuk mencegah infeksi spyware Pegasus.

“Agar tidak berpengaruh di Indonesia, perangkat lunak harus diperbarui. Karena, perangkat lunak akan mempertahankan semua fitur pada perangkat kita dengan benar,” kata Johnny.

Selain memperbarui perangkat lunak, pengguna juga dapat menginstal aplikasi keamanan untuk perangkat seluler. Namun sebelum mengunduh, pastikan aplikasi tersebut aman dan tepercaya.

Kasus spyware Pegasus kembali ketika WhatsApp dan induknya Facebook menggugat NSO Group sebagai perusahaan yang menggunakan malware untuk meretas 1.400 ponsel di 45 negara untuk memata-matai pengguna.

Dari 45 negara yang diumumkan oleh Citizen Lab, Indonesia tidak termasuk. Daftar 45 negara adalah Aljazair, Bahrain, Bangladesh, Brasil, Kanada, Pantai Gading, Mesir, Prancis, Yunani, India, Irak, Israel, Yordania.

Selain itu, Kazakhstan, Kenya, Kuwait, Kirgistan, Latvia, Lebanon, Libya, Meksiko, Maroko, Belanda, Oman, Pakistan, Palestina, Polandia, Qatar, Rwanda, Arab Saudi, Singapura, Afrika Selatan, Swiss, Tajikistan, Thailand, Togo, Tunisia, Turki.
Ada lagi, Uni Emirat Arab, Uganda, Inggris, Amerika Serikat, Uzbekistan, Yaman, dan Zambia.

Pegasus sendiri adalah produk spyware yang dirancang untuk memantau semua aktivitas pengguna ponsel, seperti SMS, email, data lokasi, riwayat penelusuran, panggilan telepon, dan banyak lagi.

Spyware ini juga dapat ditransmisikan melalui panggilan telepon atau tautan yang dikirim melalui email dan SMS. Spyware ini dapat digunakan untuk menyalin data ke ponsel dan bahkan menghidupkan mikrofon untuk mengubah ponsel agar dapat menguping percakapan di sekitar pemilik ponsel.

Banyak pelanggan Grup NSO adalah pemerintah. Alasan mereka memesan spyware ini digunakan untuk memantau teroris dan memerangi kejahatan serius.

https://ift.tt/2PUjo37
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Facebook Page

TRANSLATE

Translate This Page
English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Entri yang Diunggulkan

Keunikan Pulau Kumala, Destinasi Wisata Dekat Ibu Kota Baru

SuaraKaltim.id – Pulau Kumala merupakan salah satu destinasi wisata menarik yang dekat dengan ibu kota baru Nusantara. Pulau Kumala terletak...

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog