28 November 2019

Pundi-pundi Yang Mengalir Dibalik Peretasan Akun Instagram

Meretas akun Instagram memiliki efek berbeda bagi kedua belah pihak. Pemilik akun pasti akan merasa lebih baik, karena pihak peretasan mendapat banyak manfaat materi.

Pada awal November, Motherboard melaporkan bahwa sejumlah akun influencer Instagram telah diretas. Peretasan telah menjadi motif untuk mendapatkan keuntungan. Korban diminta membayar hingga ribuan dolar AS untuk memulihkan akunnya.

Permintaan itu kemudian menjadi masalah bagi para korban karena proses pengembalian akun melalui Instagram sendiri cukup rumit dan tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Salah satu jalan keluar adalah dengan menggunakan layanan peretas White hat atau topi putih.

Menurut Security Boulevard, peretas white hat adalah peretas yang bekerja untuk memanfaatkan keahlian mereka sesuai dengan etika. Dengan kata lain, jenis peretas ini menggunakan keahliannya untuk hal-hal yang lebih baik.

Layanan hari ini bukan hal yang gratis. Mereka juga dapat mengambil manfaat dari viktimisasi hack.

“Saya biasanya mengenakan biaya lebih dari US $ 1.500 tetapi saya hanya dapat menagih US $ 1.200, karena butuh banyak kerja dan waktu,” kata peretas topi putih Juan Diego Pelaez.

Tindakan peretasan ini sangat berguna untuk sejumlah platform media sosial seperti Instagram. Facebook, yang juga merupakan perusahaan induk dari Instagram, telah berulang kali membayar peretas yang berhasil menemukan celah keamanan dan melaporkannya ke Facebook. Ini tentunya bisa ekonomis bagi peretas.

Bahkan, Facebook memberi hadiah hingga $ 30.000 kepada peneliti keamanan Laxman Muthiya yang menemukan cara untuk meretas akun Instagram seseorang tanpa sepengetahuannya. Akhirnya, Facebook segera memperbaiki kesenjangannya.

Dilaporkan dari Forbes, sekelompok enam peretas memperoleh masing-masing US $ 1 juta dengan mencari celah keamanan perusahaan.

HackerOne adalah platform yang menghubungkan peneliti keamanan cyber dengan perusahaan seperti Google, Intel, dan Twitter. Usia mereka berkisar antara 19 hingga 35 tahun.

Jika peretas dengan keahlian mereka dapat mengambil manfaat, sayangnya ini tidak terjadi pada pemilik akun yang menjadi korban. Terutama bagi mereka yang benar-benar menggantung kegiatan bisnis mereka di akun Instagram.

Dilaporkan dari BBC, seorang desainer pakaian yang berbasis di London bernama Bree Kotomah harus meninggalkan pekerjaannya setelah akun yang digunakannya untuk mempromosikan produk pakaian buatan tangannya.

Hilangnya akun Instagram Kotomah telah berhenti mendesain hingga dua bulan dan sedang mempertimbangkan mencari pekerjaan lain. Kemudian butuh beberapa bulan untuk membuat akun baru dan memiliki banyak pengikut.

“Bisnis saya pada waktu itu adalah mata pencaharian saya. Itulah yang saya lakukan penuh waktu. Saya adalah seorang wirausahawan. Jadi jika saya tidak menghasilkan uang dari pekerjaan, saya tidak menghasilkan uang jadi saya hanya berpikir, ‘ Apa yang harus saya lakukan? ” Kotoma menjelaskan.

https://ift.tt/2ruL2JQ
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Facebook Page

TRANSLATE

Translate This Page
English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Entri yang Diunggulkan

Keunikan Pulau Kumala, Destinasi Wisata Dekat Ibu Kota Baru

SuaraKaltim.id – Pulau Kumala merupakan salah satu destinasi wisata menarik yang dekat dengan ibu kota baru Nusantara. Pulau Kumala terletak...

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog