Pada Desember 2018, Cisco menerbitkan hasil penelitian mereka yang menyatakan bahwa pemirsa video menghabiskan 75% dari konsumsi internet. Mereka juga memperkirakan bahwa itu akan menjadi 82% pada tahun 2022. Tren ini juga terjadi di Indonesia.
Twitter juga telah mengkonfirmasi hal ini. Mereka mengatakan bahwa konsumsi konten video di Indonesia pada 2019 naik 150 persen dibandingkan tahun lalu. Dua pernyataan dari perusahaan teknologi bisa menjadi cerminan dari seberapa besar warga Indonesia tertarik pada konten video.
Tren ini tentu diwujudkan oleh merek, terutama tim pemasaran. Mereka sekarang secara aktif berkolaborasi dengan agensi kreatif dan pembuat konten dalam memasarkan produk dan layanan mereka melalui pemasaran video.
Media sosial seperti Twitter dan YouTube telah menjadi salah satu media merek yang disukai dalam menjalankan pemasaran video di internet. Tentunya tidak sebatas itu. Konten pemasaran video juga dapat ditemukan di televisi, papan iklan elektronik, di bioskop.
Semakin banyak konten video yang muncul, persaingan untuk menghasilkan pemasaran video yang efektif dan menarik perhatian publik semakin kompetitif.
Telah terbukti berdampak pada penjualan
Pertanyaan yang sering muncul ketika berbicara tentang pemasaran video adalah apakah strategi ini efektif dalam meningkatkan penjualan secara langsung. Banyak yang beranggapan, strategi pemasaran tidak akan berarti jika pada akhirnya tidak akan membantu penjualan.
https://ift.tt/2KXWd4Y
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.