Berbagai pendapat yang diwarnai ketika pemerintah berencana untuk memindahkan ibukota baru hanyalah masalah waktu.
Salah satu perdebatan yang timbul dari realisasi pemindahan ibu kota ini akan berlangsung di DKI Jakarta ke depan.
Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan transfer status modal dari Jakarta ke luar Jawa tidak akan menghilangkan potensi Jakarta.
Menurutnya, Jakarta sebagai Kota Metropolitan akan tetap menjadi pusat bisnis pemerintah dengan distribusi yang luas untuk bisnis domestik dan global.
“Dengan transfer status modal dari luar Jawa, saya yakin tidak akan kehilangan potensi Jakarta. Jakarta akan terus menjadi pusat bisnis di Indonesia,” katanya.
“Selain itu, saya melihat bahwa banyak orang khawatir bahwa pergerakan ibu kota ini akan menciptakan harga properti di Jakarta. Tentunya dengan langkah ini saya berharap membuat Jakarta lebih makmur,” katanya.
Kelanjutan dari Piter, setelah pengalihan ibukota baru, dapat diputuskan oleh Pemerintah Jakarta untuk tetap menjadi tempat khusus dan juga dapat mengkonsolidasikan jabodetabek sebagai provinsi baru.
Ibu Kota Baru akan menggunakan Konsep Kota Pintar atau Smart City
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengatakan rencana membangun ibu kota baru di Provinsi Kalimantan akan menggunakan konsep Kota Pintar atau Smart City. Konsep ini pada akhirnya akan mengintegrasikan manajemen berbasis kota ke dalam keberlanjutan dan teknologi dan memperhatikan efisiensi.
“Jadi saya menekankan bahwa penerapan Kota Pintar di (ibukota baru) harus dipahami untuk membuat kota berkelanjutan dan membuat kota lebih nyaman bagi penduduk,” kata Menteri Bambang dalam diskusi yang diadakan di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Kamis (22/8).
Seperti konsep kota pintar pada umumnya, membangun ibu kota kota baru akan menggunakan pendekatan sistem kota pintar. Di mana infrastruktur pendukung awal seperti air bersih, limbah dan bangunan dirancang sesuai dengan konsep berkelanjutan.
“Jadi, jika saya dapat menyimpulkan bahwa kota pintar di ibu kota baru kami adalah bijaksana untuk berkelanjutan,” katanya.
Selain itu, salah satu pendukung lain yang akan diimplementasikan di ibukota baru akan menggunakan berbasis teknologi pintar. Ini diperlukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan perangkat negara di daerah tersebut.
“Pertama, orientasinya adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar dan layanan warga kota. Dari contoh air bersih, sanitasi, air limbah, kemudian jaringan listrik, setelah layanan administrasi, baik untuk dalam ID, administrasi lain harus mengurus persyaratan pada hal-hal yang berkaitan dengan manajemen bencana, lalu lintas atau “Tingkat kejahatan menurun, jadi semua hal dasar harus bertemu melalui pendekatan berbasis teknologi,” katanya.
Seperti anda ketahui, Rencana Transfer Modal tampaknya ditanggapi dengan serius oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Keseriusan itu semakin terlihat saat Pidato Negara di Kompleks Gedung MPR / DPR / DPD RI, Jumat (16/8) siang.
Selama Pidato Nasional tahunannya, Jokowi meminta izin untuk memindahkan ibu kota negara itu ke Pulau Kalimantan. Namun, masih belum ada tempat yang jelas tentang lokasi persis ibu kota baru tersebut.
Pemerintah Meminta Masyarakat Tidak Menjadi Spekulan Tanah Di Kota Baru
Menteri Pembangunan Nasional (PPN) Bambang Brodjonegoro telah mengimbau agar masyarakat tidak bercita-cita menjadi spekulan tanah di ibukota baru. Karena pemerintah hanya akan menggunakan aset yang dikontrol negara sebagai wilayah modal baru.
“Jadi jika ada bakat di bidang jual beli tanah, jangan berharap menjadi spekulator untuk ibu kota baru ini. Karena tanah yang kami gunakan hanya tanah yang dikontrol negara, bukan tanah yang kami beli, “katanya di Kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (20/8).
Menteri Bambang menghargai potensi anak-anak negara dalam bisnis properti. “Jadi saya sangat menghargai talenta di bidang properti, talenta untuk membeli dan menjual tanah itu bagus, tetapi jangan bermain spekulasi karena kerugiannya sudah pasti,” jelasnya.
Mantan Menteri Keuangan terus melanjutkan, modal baru akan digunakan nanti di lahan yang luas. Ini dilakukan agar ibu kota yang baru tidak mudah dihuni.
“Intinya, ada lahan luas kalau kita buat modal baru, jangan buat tanah biasa-biasa saja. Kalau pas-pasan nanti, akan segera padat, ramai dan tidak nyaman. Jadi kita harus mencari lahan besar dan dikuasai negara, “jelasnya.
Tempat untuk menjadi ibukota baru kota adalah Kalimantan. Pulau ini dianggap sebagai daerah dataran luas dengan potensi bencana minimal.
“Kalimantan sangat rentan terhadap gempa bumi dengan bencana seperti asap, kebakaran hutan dan banjir. Tetapi tidak semua Kalimantan tetapi hanya beberapa area lahan gambut yang beresiko serta lahan hutan,” katanya.
https://ift.tt/2U4AJqf
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.