Produsen ponsel sibuk membuat chipset sendiri. Samsung, Apple dan Huawei membuat chipset buatan sendiri terlebih dahulu. Belakangan, vendor ponsel asal China, Xiaomi dan Oppo juga berusaha menggarap chipset rumahan.
Dikabarkan bahwa Oppo akan membuat Apple memiliki Bionic, Huawei memiliki Kirin, sedangkan Samsung memiliki Exynos. Sementara Xiaomi mengembangkan Surge S1 dan Oppo mengembangkan Oppo M1.
Namun, Oppo M1 belum menjadi chipset yang berdiri sendiri. Chipset ini masih digunakan untuk mendukung kinerja chipset utama di smartphone. Nantinya, Oppo M1 yang dikembangkan oleh Oppo akan digunakan bersama dengan prosesor baru Qualcomm, Snapdragon 865, untuk telepon Oppo Find X2.
Jadi mengapa vendor ponsel ini membutuhkan waktu lama untuk membuka sektor produksi baru di System on Chip (SoC)?Pengamat gadget Lucky Sebastian mengatakan keputusan vendor ponsel untuk membuat chipset sendiri dibuat sehingga vendor tidak akan bergantung pada pembuat chipset seperti Qualcomm di Mediatek. Ketergantungan tidak akan membuat vendor ponsel tidak memiliki opsi chipset lain jika mereka tidak menemukan persetujuan dalam proses bisnis.
Contoh nyata ketergantungan polemik ini adalah dalam hal memblokir layanan Google di Huawei setelah perang dagang China-AS. Pembatasan ini membuat ponsel Huawei tidak lagi tersedia untuk sistem operasi Android, Gmail, di Google Playstore.
“Kemudian dengan mendesain chipset itu sendiri, penjual menggemakan ketergantungan dari penyedia chipset,” kata Lucky.
Porsi chipset buatan sendiri lebih besar
Dilansir dari Gizmo China, produsen ponsel yang memproduksi chipset mereka sendiri semakin mengurangi ketergantungan pada chipset pihak ketiga.
Samsung diketahui telah menggunakan chipset Exynos pada 80,4 persen dari ponselnya di segmen menengah. Secara keseluruhan, chipset Exynos akan menyumbang 61,4 persen dari ponsel Samsung pada kuartal ketiga 2019. Jumlah ini akan meningkat dari 64,2 persen pada 2018.
Selain itu, 74,6 persen ponsel yang dikirimkan Huawei juga menggunakan Kirin pada Q3 2019. Angka ini meningkat dari 68,7 persen pada Q3 2018.
Meningkatnya penggunaan chipset buatan sendiri ini berdampak pada pasar Qualcomm, yang dikenal dengan chipset Snapdragon. Pengiriman Qualcomm turun 16,1 persen pada kuartal ketiga 2019.
Huawei telah melakukan pengurangan besar-besaran dalam penggunaan chipset Qualcomm mereka. Huawei menyematkan Snapdragon hanya pada 8,6 persen pada Q3 2019. Sedangkan pada Q3 2018, 24 persen ponsel yang masih digunakan adalah Snapdragon.
Selain menggunakan lebih banyak chipset buatan sendiri, Huawei juga meluncurkan pembelian chipset ke Mediatek, saingan Qualcomm. Ponsel Huwei yang ditenagai oleh Mediatek naik 16,7 persen pada Q3 2019. Sebelumnya di Q3 2018, 7,3 ponsel Huawei menggunakan Mediatek.
Namun, Qualcomm masih memiliki pangsa pasar terbesar di sektor chipset dengan 31 persen, Mediatek 21 persen, Samsung Exynos 16 persen, dan Huawei Kirin 14 persen, seperti dilansir GizmoChina.
Chipset IoT
Lucky juga mengatakan chipset buatannya adalah paket jangka panjang dari vendor ponsel. Karena penggunaan chipset tidak hanya digunakan untuk ponsel. Tetapi juga untuk semua perangkat Internet Hal (IoT). Lucky mengatakan potensi penggunaan chipset, karena perangkat IoT akan terus tumbuh lebih lanjut.
“Pada kenyataannya, chipset tidak hanya untuk smartphone, ini merupakan perkembangan besar terutama untuk perangkat lain seperti IoT,” kata Lucky, Jumat (21/2).
Lucky mengatakan chipset akan lebih kecil untuk menginstalnya pada perangkat smartwatch, augmented reality (AR) atau kacamata virtual reality (VR), peralatan kantor dan perangkat rumah tangga yang terhubung ke IoT.
“Bisa tertanam di dalam tubuh. Jadi itu bisnis yang layak jual,” kata Lucky.
Sumber: Kunjungi website
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.