Tampilkan postingan dengan label December 11. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label December 11. Tampilkan semua postingan

11 Desember 2019

Investor Masih Minati Fintech Tahun Depan, Tetapi Bakal Lebih Selektif

Beberapa investor mengatakan startup teknologi keuangan (fintech) masih akan diminati tahun depan. Namun, investor akan fokus pada satu hal, terutama penggunaannya (usecase).

Mitra Venturra Capital, Raditya Pramana mengatakan fintech menyediakan layanan yang bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah integrasi keuangan di Indonesia. Selanjutnya, berdasarkan data Google, Temasek dan Bain, ada hampir 92 juta orang Indonesia tanpa rekening bank (tidak dibayar).

Bahkan, ada hampir 47 juta orang yang kurang dapat diakses secara finansial (underbanked). “Ada peluang untuk dicapai (underbanked dan tidak dibayar) melalui internet, fintech,” katanya pada acara Forum Tarintintan Fintech (TFF) 2019 di Jakarta, hari ini (11/12).

Namun, fintech masih fokus di Jawa. Dia melihat potensi untuk bekerja di pasar di wilayah lain sangat besar. Dia mengakui, ada masalah dengan syarat risiko kredit (risiko kredit).

Masalahnya, kata dia, harus dipecahkan jika perusahaan memiliki data terkait dengan segmen sasaran. Dia mencontohkan, e-commerce bisa mendapatkan data transaksi ke pembeli di luar Jawa.

Wawasan dapat menjadi salah satu dasar bagi fintech dalam menentukan apakah akan memberikan pinjaman kepada peminjam. “Padahal, dia tidak bisa mengakses rekening banknya. Tapi kalau transaksinya bisa Rp 2 juta per bulan, kredibel (untuk mendapat pinjaman),” katanya.

Oleh karena itu, investor akan melihat kemampuan fintech – untuk berinvestasi – dalam mengukur risiko kredit. “Kita bisa fokus sendiri,” kata Raditya.

Selama empat tahun terakhir, ia mencatat bahwa fintech di sektor keuangan dan pinjaman adalah yang paling didanai. Saat ini, investor fokus menggunakan layanan (usecase) fintech.

Dia mencontohkan, aplikasi dompet digital bisa digunakan untuk membayar transportasi, layanan e-commerce di dalam game. Jika tingkat penggunaannya tinggi, maka jumlah uang yang dimasukkan ke dalam aplikasi akan besar sehingga potensi transaksi juga akan meningkat.

“Saya pikir yang menarik dalam tiga hingga lima tahun ke depan adalah bahwa membayar pemain fintech adalah penggunaan yang paling jelas. Jadi, orang akan mulai menghasilkan lebih banyak uang. Dua tahun ke belakang, karena diskon dan pemasaran usecase telah meningkat, “katanya.

Hal-hal seperti inilah yang harus dipelajari oleh para investor sebelum berinvestasi di fintech. Selain itu, menurutnya ada banyak sub-bidang fintech yang dapat dieksplorasi oleh pelaku bisnis seperti pinjaman untuk pendidikan, teknologi asuransi (insurtech), mata uang virtual (cryptocurrency), dan banyak lagi.

Managing Partner Kejora Ventures Eri Reksoprodjo mengumumkan hal yang sama. “Integrasi digital menyediakan ruang investasi yang baik. Masih banyak investor asing yang mencari Fintech,” katanya.

Kepemilikan rekening bank yang berkembang di Indonesia adalah salah satu yang tercepat di Asia Timur dan Pasifik. Di satu sisi, ada juga banyak pengguna smartphone di negara ini. Ini adalah peluang bagi para pemain fintech.

Laporan Google, Temasek, dan Bain berjudul e-Conomy SEA 2019 menyatakan bahwa dana yang dihimpun oleh startup di ekonomi digital di Asia Tenggara mencapai US $ 7,6 miliar atau sekitar Rp 106,2 triliun setiap Semester I 2019. Sedangkan di Indonesia, investasikan US $ 1,8 miliar atau Rp 23,8 triliun.

Kepala Gabungan, Kelompok Investasi Temasek Rohit Sipahimalani mengatakan pendanaan untuk memasuki sektor ekonomi digital Indonesia didasarkan pada kesepakatan. Jumlah ini sama dalam enam bulan pertama tahun lalu, dari 157 perjanjian.

Di Asia Tenggara, startup di sektor naik dan e-commerce menerima dana paling banyak selama Semester I 2019. Mereka menerima investasi masing-masing US $ 2,5 miliar dan US $ 3,5 miliar. .

Sejak 2016, pendanaan untuk kedua sektor ini adalah yang terbesar. “Tapi jangan lupa fintech. Sektor ini punya banyak pengaruh,” kata Rohit beberapa jam lalu.

https://ift.tt/38oeZfL
Share:

Grab Dan Good Doctor Kerja Sama Untuk Hadirkan Layanan GrabHealth

Grab Indonesia bekerja sama dengan Good Doctor Technology Indonesia telah meluncurkan layanan kesehatan digital dengan aplikasi Grab, terutama GrabHealth. GrabHealth adalah solusi untuk layanan perawatan kesehatan elektronik untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di Indonesia.

Fitur-fitur terbaru dalam aplikasi Grab diharapkan dapat meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan dengan menekankan pada penguatan layanan kesehatan primer yang didukung oleh inovasi dan penggunaan teknologi.

Didukung oleh jangkauan geografis Grab yang luas di Indonesia, GrabHealth memungkinkan pengguna untuk berkonsultasi langsung dengan dokter profesional yang termasuk dalam aplikasi Grab.

Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan dia tahu bahwa setiap orang memiliki hak untuk mengakses layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. Karena alasan inilah GrabHealth diluncurkan sebagai upaya pertama untuk menyediakan layanan kesehatan online.

“Ini adalah komitmen kami untuk mengembangkan teknologi perawatan kesehatan e-kesehatan. Grab membantu menyediakan akses yang terjangkau bagi masyarakat, terutama bagi orang-orang yang kesulitan mengakses layanan kesehatan seperti yang diharapkan memiliki dampak langsung pada pengiriman kesehatan yang berkualitas, “kata Ridzki pada peluncuran GrabHealth Didukung oleh Dokter Baik di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Selasa (10/12).

Didukung oleh akses luas ke seluruh wilayah Indonesia dan pemahaman mendalam tentang pasar domestik, Ridzki berharap bahwa GrabHealth dapat menjadi solusi yang baik untuk memperluas ketersediaan layanan kesehatan yang berkualitas, untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga di Indonesia.

Sementara itu, kepala Manajemen Medis Good Doctor Technology Indonesia, Dr. Adhiatma Gunawan mengatakan, partainya ingin memberikan layanan berbasis teknologi yang nyaman dan dapat berdampak positif bagi masyarakat. Kemitraan ini diharapkan dapat meningkatkan akses ke dokter dan spesialis untuk semua keluarga Indonesia.

“Kami tentu mengalami kesulitan menemukan waktu untuk mengunjungi dokter, membuat janji temu, memerlukan perawatan medis segera karena penyakit mendadak, atau kadang-kadang kami ragu untuk mencari informasi kesehatan dan sumber daya yang dapat diandalkan. Di GrabHealth, semua masalah ini mudah diatasi, ”kata Adhiatma.

“Melalui layanan baru ini, masyarakat dapat langsung bertanya dan menjawab profesional, kemudian bermitra dengan apotek bersertifikat, kemudian memiliki konten pendidikan yang ditandai oleh tim dokter.”

Ketua Dewan Eksekutif Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Daeng M. Faqih menyatakan dukungannya terhadap ketersediaan layanan kesehatan online GrabHealth untuk memberikan manfaat secara langsung kepada semua warga negara Indonesia.

“Dalam hal ini, IDI melakukan intervensi dalam kesehatan digital dengan tiga hal. Pertama, memfasilitasi akses antara pengguna dan dokter. Kedua, memastikan kualitas tenaga medis. Kami memberikan rekomendasi. dan pastikan bahwa dokter yang menjadi anggota GrabHealth terdaftar, dokter yang kredibel, dan memiliki lisensi untuk praktik. Ketiga memastikan bahwa masyarakat tidak mendapatkan informasi kesehatan yang salah, “kata Daeng.

Hari ini GrabHealth diberdayakan oleh layanan Good Doctor hanya tersedia untuk semua pengguna Grab di wilayah Jabodetabek. Namun, layanan ini juga akan diperluas ke wilayah lain di Indonesia dalam waktu dekat.

https://ift.tt/2rCXo2O
Share:

Akulaku Masih Belum Mau Terbuka Soal Isu Terima Suntikan Dana

Perusahaan Rintisan (startup) di sektor teknologi keuangan, Akulaku tidak ingin membuka tentang masalah injeksi dana yang mereka terima.

Direktur Akulaku Finance Efrinal Sinaga juga enggan menyebutkan berapa dana tersebut. Namun yang pasti, suntikan dana diberikan oleh perusahaan asal Hong Kong.

“Nanti kami membuka [suntikan dana di Akulaku], kami memiliki Perjanjian Non-Disclosure [perjanjian kerahasiaan antara kedua pihak untuk menjaga kerahasiaan informasi]. “Dia mengatakan kepada personel media setelah Akulaku’s Akhir Tahun Akhir di KAUM, Jakarta, Selasa (12/10).

“Dari Hong Kong [perusahaan yang mendanai Akulaku],” lanjut Efrinal.

Lebih jauh, kata Efrinal, sepanjang waktu pendanaan Akulaku datang dari perusahaan milik negara setempat, bank. Alasannya, Akulaku memiliki saudara lelaki yang menjalankan perusahaan bank, Bank Yudha Bakti.

“Di luar bank lokal [pendanaan dari Akulaku], karena fakta bahwa Akulaku memiliki tim Bank Yudha Bakti, saya juga memiliki aset saya,” pungkasnya.

Dilaporkan oleh berbagai media, Akulaku dikatakan sedang dalam pembicaraan untuk pendanaan seri D sebesar US $ 100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun dengan Ant Financial, anak perusahaan dari perusahaan e-commerce China Alibaba.

Selain itu, Efrinal mengklaim bahwa Akulaku akan mendapatkan setidaknya Rp4 triliun pada 2019 dan bahwa target masa depan perusahaan adalah untuk memperoleh dana Rp6 triliun dari dana yang disuntikkan oleh perusahaan asing.

“Kedepan kita membutuhkan Rp6 triliun karena kita membiayai banyak e-commerce,” pungkasnya.

https://ift.tt/2REXzW1
Share:

Facebook Page

TRANSLATE

Translate This Page
English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Entri yang Diunggulkan

Keunikan Pulau Kumala, Destinasi Wisata Dekat Ibu Kota Baru

SuaraKaltim.id – Pulau Kumala merupakan salah satu destinasi wisata menarik yang dekat dengan ibu kota baru Nusantara. Pulau Kumala terletak...

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog