Pemimpin Organisasi Transportasi Darat DKI Jakarta (Organda) Kebijakan pemerintah Shafruhan Sinungan dianggap terlalu sibuk berurusan dengan ojol online selama berjangkitnya virus korona (Covid-19) dan penerapan pembatasan sosial skala besar (PSBB).
Menurut Shafruhan, pemerintah saat ini tampaknya bias membuat orang miskin lebih menderita. Ketika berada di sana, ia mengatakan banyak pengusaha transportasi termasuk pekerja tidak mengetahui kondisi ini.
“Hanya pemerintah yang selalu melihat keberatan dan keberatan, jika Anda melihatnya, bayangkan itu adalah kecemburuan sosial dari staf transportasi umum yang melihat perilaku pejabat di negara ini,” kata Shafruhan melalui melalui telepon, Rabu (15/4).
Pemerintah telah mengadopsi PSBB di Jakarta sejak Jumat 10 April, salah satu aturan yang melarang ekspor barang, kecuali barang.
PSBB Jakarta berada di bawah Peraturan Gubernur (Pergub) No. 33 tahun 2020 tentang Implementasi Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) dalam penyelenggaraan COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2020.
Kebijakan itu telah menuai banyak protes dari pengemudi ojol karena mereka pikir itu akan menurunkan laba karena mereka tidak bisa lagi mengangkut penumpang.
Dua hari setelah PSBB Jakarta memulai Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengatakan ojol diizinkan membawa penumpang ke kondisi tersebut. Peraturan tersebut tertuang dalam Permenhub No. 18 tahun 2020 tentang Kontrol Transportasi dalam konteks Pencegahan Distribusi Covid-19.
Gubernur Anies Baswedan kemudian mengatakan, ojol tidak bisa membawa penumpang. Sementara Kementerian Perhubungan kemudian mengatakan bahwa kebijakan terkait ojol diserahkan kepada pemerintah daerah.
Dalam adegan tarik tambang Shafruhan mengatakan, pemerintah seharusnya tidak hanya memprioritaskan nasib ojol melalui berbagai upaya. Ia berharap pemerintah juga akan memikirkan nasib pihak lain di sektor transportasi publik yang telah melewati masa-masa sulit.
“Tetapi juga dengan itikad baik, tidak hanya berbicara tentang ojol tetapi transportasi umum lainnya tidak dibahas. Anggota staf lain menawarkannya. Mereka sering bertanya, ‘Apakah pemerintah tahu jika kami telah membantu pemerintah melayani masyarakat selama beberapa dekade? ‘, “katanya.
“Jadi jika ada sikap diskriminasi, kami juga khawatir mendengar keluhan ini. Jadi kami perlu pemerintah untuk lebih berhati-hati karena kami semua adalah anak-anak nasional.”
Shafruhan menjelaskan bahwa saat ini hanya 10 persen dari 85.900 armada di bawah Organda DKI yang masih beroperasi. Kendaraan ini terdiri dari berbagai sektor transportasi darat mulai dari angkutan barang, pariwisata, bajaj, mikrobus, taksi konvensional, kota bus, hingga bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).
Dikatakan bahwa pedagang lebih suka memegang armada karena jumlah penumpang telah turun secara signifikan karena pembatasan kegiatan di luar ruangan. Sebelum PSBB, pendapatan anggota Organda DKI dikatakan telah turun 75 hingga 100 persen.
Organda DKI mengatakan perusahaan angkutan umum konvensional hampir bangkrut dan beberapa anggota staf tidak dikenai biaya.
Sumber: Kunjungi website