Startup atau perusahaan rintisan dari Singapura, Workmate menghasilkan US $ 5,2 juta atau sekitar Rp73 miliar. Saat ini, total pekerjaan yang dikumpulkan oleh Workmate telah mencapai IDR 104 miliar sejak diluncurkan pada tahun 2016.
Investasi ini dipimpin oleh Atlas Ventures di Mitra Gobi dan Beacon Venture Capital dari Kasikom Bank.
“Dana dari investor akan digunakan untuk meningkatkan investasi dalam penjualan, menumbuhkan tim teknologi, dan memperluas bisnis di kota-kota baru,” Co-founder Workmate dan CEO Mathew Ward, dikutip dari pernyataan yang kami rilis, Selasa (12/11).
Tenaga kerja itu sendiri adalah layanan pekerja end-to-end dan on-demand yang menyediakan ratusan juta pekerja informal di Asia Tenggara.
Ward telah menyoroti cara menemukan pekerjaan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, yang masih berjuang dengan metode tradisional, seperti sosialisasi dari mulut ke mulut. Karena itu, masih ada kendala untuk menemukan pekerjaan yang konsisten dan dapat diandalkan.
Saat ini sebenarnya ada semakin banyak lowongan pekerjaan informal, terutama dalam layanan. Namun, layanan teknologi yang ada terlalu fokus pada tenaga kerja formal (pekerja kerah putih) saja.
Selain itu, Ward mengatakan di Indonesia sendiri, karyawan Workmate tersebar di sejumlah perusahaan seperti Ismaya Group, Grab, NinjaVan, Coffee Memories, dan STOQO. Bahkan di Asian Games Jakarta-Palembang pada tahun 2018, Rekan Kerja mengirim lebih dari 1.000 pekerja.
Menilai dari cara Workmate bekerja, Ward menjelaskan bahwa untuk perusahaan yang ingin merekrut pekerja di platform mereka, perusahaan cukup mengklik kolom ‘Pencarian Staf’. Rekan kerja kemudian segera mencocokkan perusahaan dengan pekerja di lokasi yang relevan yang memenuhi syarat dan ketentuan.
Perusahaan dapat mengakses pengalaman, tingkat, dan riwayat kinerja masing-masing pekerja sebelum membuat pilihan. Selain menawarkan layanan, Rekan kerja juga mengelola kontrak kerja, manajemen kehadiran, lembar waktu, dan proses pembayaran karyawan.
Tidak hanya itu, Ward menambahkan bahwa Workmate memberikan perlindungan bagi pekerja dari penipuan, jaminan sosial, dan pemberian asuransi.
Di Asia Tenggara saja, sektor tenaga kerja informal menyumbang lebih dari 50 persen dari total angkatan kerja, dengan upah US $ 200 miliar atau sekitar Rp2,8 triliun.
Rekan kerjanya sendiri berkantor pusat di Singapura, dengan kantor cabang di Bangkok, Jakarta dan Bali. Perusahaan juga berencana untuk memperluas beberapa negara di Asia Tenggara pada tahun 2020.
https://ift.tt/2CG4jdK