Grab telah dilaporkan dalam diskusi dengan Gojek untuk melakukan merger bisnis. Namun, manajemen Gojek membantah kabar tersebut.
“Tidak ada rencana untuk merger, dan berita yang beredar di media mengenai hal ini tidak akurat,” kata Kepala Urusan Korporat Gojek Nila Marita, Selasa (25/2).
Kami juga menghubungi Grab tentang berita tersebut. Namun, sampai berita ini diumumkan, tidak ada tanggapan dekrit dari Singapura.
Sumber percakapan yang sadar informasi itu mengatakan perjanjian itu merupakan langkah baru terkait dengan mengintegrasikan pasar pengiriman makanan dan berbagi tumpangan (permintaan tumpangan). Ini bertujuan untuk mengurangi kerugian perusahaan.
“Perusahaan berusaha untuk menangkal kerugian yang disebabkan oleh pertempuran mahal untuk mendapatkan pangsa pasar,” Informasi dikutip kemarin (24/2).
Valuasi Grab dikatakan mencapai US $ 14 miliar (Rp 194,6 triliun), sedangkan Gojek US $ 9 miliar (Rp 125,1 triliun). Jika merger terjadi, permulaan dengan harga tinggi akan dilakukan.
Pekan lalu, Grab dikabarkan menerima pendanaan 80 miliar yen, atau sekitar Rp 9,8 triliun dari bank terbesar Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group atau MUFG. Dikutip dari KR Asia, kemitraan ini akan memungkinkan Grab untuk memperoleh layanan keuangan baru seperti pinjaman dan asuransi pada aplikasinya.
MUFG akan mengikat saham Grab, tetapi penyajian saham tidak diketahui. Sedangkan Grab membantu bank mengembangkan aplikasi yang akan memberikan pelanggan akses ke berbagai layanan sehari-hari.
Melalui data Grab tentang preferensi pelanggan, MUFG mampu menghasilkan paket pinjaman yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Kedua perusahaan belum mengkonfirmasi berita tersebut, tetapi perjanjian kemitraan diharapkan akan selesai pada pertengahan tahun ini.
Sementara Gojek hanya membeli satu saham saham Blue Bird. Penyedia layanan dalam permintaan startup juga telah memperluas kerjasama dengan operator taksi.
Co-CEO Gojek Andre Soelistyo mengatakan kemitraan ini akan meningkatkan layanan transportasi dan pembayaran, yang dikatakan GoPay. Selain itu, untuk menjadi penyedia layanan terbesar di Asia Tenggara, perusahaan membutuhkan mitra yang kuat. “Ini memungkinkan kami untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” katanya dalam siaran pers, pekan lalu (21/2).
Sumber: Kunjungi website