Daftar “unicorn” di Indonesia sangat sesuai dengan pengenalan Ovo, yang telah dinyatakan sebagai gelar bergengsi di perusahaan startup. Hal itu diumumkan oleh Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara di perbatasan acara Siberkreasi di Jakarta, pekan lalu.
“Saya berbicara dengan pendiri, dan ternyata itu (ternyata unicorn). Jadi saya berani berbicara setelah saya mengkonfirmasinya,” kata Rudiantara.
Ovo, penyedia layanan pembayaran elektronik yang diproduksi oleh Lippo Group, diperkirakan memiliki nilai 2,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 41 triliun oleh perusahaan analis CB Insight. Angka ini, menurut CB Insight, telah berlaku sejak 14 Maret 2018.
Ovo telah menjadi startup kelima dari Indonesia yang disebut “unicorn”, merujuk pada penilaian di atas 1 miliar dolar AS. Empat unicorn lainnya adalah Gojek, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka. Dari mereka semua, Gojek memegang nilai tertinggi lebih dari 10 miliar dolar AS, menyebutnya julukan lain, “decacorn”.
Rudiantara menambahkan bahwa Kementerian Komunikasi dan Informasi benar-benar menargetkan lima unicorn dari Indonesia pada 2019.
Jangan berhenti di situ, Rudiantara juga mengumumkan bahwa ada startup lain yang kemungkinan akan berubah menjadi unicorn sebelum akhir tahun ini. Dia memberi sinyal bahwa startup itu bergerak di sektor pendidikan.
“Logikanya, 20 persen dari anggaran negara adalah untuk pendidikan, 5 persen untuk kesehatan. Jadi, apakah benar-benar tidak ada kuda unicorn dari sektor ini?” Tutup Rudiantara. Ovo adalah layanan dompet digital dalam daftar 5 teratas di Indonesia, menurut survei oleh iPrice Group.
5 aplikasi dompet digital teratas di Indonesia dengan sebagian besar pengguna, masing-masing, adalah Go-Pay, OVO, Dana, LinkAja, dan Jenius. Sementara itu, jumlah unduhan aplikasi terbesar dilakukan oleh Go-Pay, OVO, Dana, LinkAja, dan i.saku.
https://ift.tt/2OrwBjk