Fenomena orang asing yang menghadiri pertemuan online dengan aplikasi Zoom atau Zoombombing juga terjadi di Indonesia. Pakar teknologi informasi (TI) memberikan enam kiat bagi pengguna aplikasi untuk mencegah Zoombombing.
Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan tidak hanya celah keamanan dalam aplikasi yang menghasilkan peningkatan fenomena Zoombombing, tetapi juga ada faktor-faktor dalam pengabaian pengguna. Menurutnya Zoom harus disesuaikan dengan baik. Untuk itu ia memberikan enam tips untuk menjaga keamanan dalam aplikasi Zoom.
Pertama, pengguna tidak membagikan tautan online rapat Zoom secara acak. Selain itu, tautan rapat bersama dengan ID dan kata sandi harus diberikan kepada orang yang benar-benar menghadiri rapat.
“(Zoombombing) yang terjadi biasanya disebabkan oleh berbagi tautan perakitan tanpa pandang bulu atau benar-benar dibagi,” katanya, Jumat (17/4).
Kedua, tuan rumah pada pertemuan online harus menonaktifkan pengaturan fitur berbagi layar. “Tidak semua orang, tetapi hanya host yang menggunakan fitur berbagi layar,” kata Alfons.
Fitur layar berbagi di Zoom dapat berbagi tampilan desktop atau ponsel pribadi antar pengguna. Fitur ini sangat berguna ketika pengguna ingin memberikan presentasi kepada pengguna Zoom lainnya.
Namun, ketika fitur ini diaktifkan, pengguna lain dan bahkan penyusup dapat menampilkan gambar yang tidak jelas dan terlihat oleh peserta lain dalam rapat.
Ketiga, aktifkan fitur ruang tunggu. Fitur Zoom baru ini memungkinkan administrator konferensi untuk memberikan izin atau tidak kepada pengguna yang ingin menghadiri rapat. Ketika pengguna memasukkan aplikasi, maka ID dan kata sandi dimasukkan, pengguna harus menunggu izin terlebih dahulu.
Keempat, aktifkan fitur kunci rapat untuk membatasi peserta rapat. Jika jumlah peserta dianggap memadai, dan tidak ada peserta yang hadir, maka pengguna Zoom dapat mengakses tombol dengan fitur rapat kunci. Kelima, saat rapat dimulai, pengguna harus menjaga kerahasiaan data yang dianggap penting.
Menurut Alfons, Zoom memiliki lubang pada keamanan data. Berbagi tautan ke Zoom Obrolan dapat mengakibatkan eksploitasi kredensial Windows.
Keenam, pastikan aplikasi yang digunakan adalah versi terbaru. Ini untuk memberi pengguna berbagai fitur terkait keamanan baru dari Zoom, salah satunya adalah fitur ruang tunggu.
Sementara itu, peneliti keamanan cyber dari Pratama Persadha Communication Information System Security Research Center (CISSReC) mengatakan memperbarui fitur keamanan dari Zoom tidak harus menutup semua celah keamanan yang ada.
“Meretas akun Zoom merajalela, yang berarti ada celah yang mudah dieksploitasi oleh peretas,” katanya, Kamis (16/4).
Dia juga menyarankan pengguna untuk menggunakan platform lain. Dia juga berharap pemerintah melalui Badan Siber dan Pengodean Nasional (BSSN) dan Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi (Kominfo) dapat membuat aplikasi yang mirip dengan Zoom.
Paling tidak, aplikasi tersebut dapat digunakan oleh pemerintah untuk menjaga kerahasiaan data negara pada pertemuan online. “Yang terbaik adalah mencoba melakukannya sendiri. Tidak tergantung pada luar, pertemuan Wantiknas zoom (Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional) adalah bukti nyata bahwa (aplikasi) ini perlu dilakukan,” kata Pratama.
Zoomboombing di Pertemuan Negara
Sebelumnya, insiden gangguan pada rapat atau Zoomboombing terjadi pada pertemuan yang diadakan oleh Wantiknas. Akun anonim mengambil bagian dalam diskusi berjudul ‘Kolaborasi Multakewake untuk Memerangi Kebohongan dan Disinformasi di Tengah Pandemi Covid-19’, Kamis (16/4).
Program ini disusupi oleh orang asing, yang menunjukkan video porno selama diskusi. Bahkan, acara tersebut dihadiri oleh Ketua Tim Implementasi Wantiknas Ilham A. Habibie, anggota Wantiknas Garuda Sugardo, dan Direktur Informasi Umum dan Komunikasi Kementerian Komunikasi dan Informasi Widodo Muktiyo.
Penyusup itu menggunakan nama ‘Bin Laden’ dan tidak memiliki identitas kelembagaan. Saat pemaparan terbuka, tiba-tiba sebuah video pemandangan indah muncul oleh sesama alien.
Zoomboombing juga berlangsung saat program diskusi yang melibatkan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, beberapa waktu lalu (15/4). Salah satu peserta dalam diskusi menggunakan gambar profil yang menunjukkan kata-kata kotor.
Kementerian Komunikasi dan Informasi sebenarnya berencana untuk mengembangkan aplikasi yang mirip dengan Zoom sebagai alternatif. “Kami sedang mempelajari aplikasi khusus ini,” kata Menteri Komunikasi dan Informasi Johnny G Plate, beberapa jam yang lalu.
Johnny mengatakan Telkomsel sedang mempersiapkan model layanan yang sama untuk pertemuan virtual bagi pengguna Indonesia. Kementerian juga menyiapkan aplikasi konferensi video internal.
Sumber: Kunjungi website